Jakarta, Kompas – Nyeri dada sering kali dianggap remeh oleh sebagian
orang. Padahal, rasa nyeri pada bagian dada merupakan salah satu gejala
penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sejumlah gejala
yang terkait dengan gangguan jantung perlu dikenali sejak dini agar
penderita bisa segera mendapat pengobatan secara cepat dan efektif. Ada beberapa gejala penyakit jantung yang sering diabaikan masyarakat
sehingga akhirnya penyakit yang diderita bertambah parah, kata dokter
spesialis jantung dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Linda Lison,
Sabtu (19/7), dalam seminar awam bertema Sehatkah Jantung Anda, di
auditorium Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Sejumlah keluhan fisik yang patut diwaspadai sebagai gejala penyakit
jantung adalah nyeri dada, berdebar-debar, cepat letih, sesak napas, ada
riwayat sering pingsan, sesak bila tidur terlentang, beberapa organ
tubuh membiru, serta perut dan bagian kaki membengkak. Gejala lain yang
dialami ketika seseorang terserang penyakit jantung adalah rasa nyeri
yang hebat pada bagian dada yang disertai muntah. Rasa tertekan atau
seperti ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, dan terbakar di bagian
dada dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung, kata Linda
menambahkan.
Beristirahat
Penderita penyakit jantung juga bisa mengalami sesak napas atau
seperti tercekik, berkeringat dingin, lemah, berdebar-debar, dan jatuh
pingsan. Keluhan fisik itu akan berkurang dengan istirahat dan tambah
berat ketika penderita beraktivitas. Jika terjadi kondisi nyeri dada,
maka pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah baringkan
penderita, istirahatkan sampai nyeri berkurang atau hilang, lakukan
pemberian oksigen, kemudian panggil dokter, dan bawa ke rumah sakit yang
terdekat, ujarnya. Jika pertolongan awal terlambat, begitu ada gejala
penyakit jantung, pengobatan tidak akan bisa optimal, bahkan bisa
berakibat fatal bagi penderita.
Faktor risiko
Agar tidak terserang penyakit jantung koroner, upaya pencegahan yang
bisa dilakukan adalah memeriksa kadar kolesterol LDL atau kolesterol jahat dan tekanan darah secara teratur. Cara lain adalah menerapkan
pola makan yang sehat, di antaranya tidak makan berlebihan serta
menghindari makanan yang mengandung lemak dan minuman beralkohol,
diimbangi dengan aktivitas fisik. Faktor risiko terjadinya penyakit
jantung juga perlu dikendalikan. Jika memiliki faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup, maka pemeriksaan
kesehatan jantung secara teratur adalah langkah terbaik, kata Linda.
Sejauh ini, ada sejumlah faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi,
yaitu usia yang makin tua, jenis kelamin, serta ada riwayat keluarga
yang mengalami gangguan jantung dan pembuluh darah. Sementara itu,
sejumlah faktor risiko yang bisa dimodifikasi dengan perubahan gaya
hidup adalah dislipidemia, seperti kadar kolesterol LDL tinggi,
kolesterol HDL rendah, tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis atau
diabetes melitus, kebiasaan merokok, kegemukan atau obesitas, dan
kurang berolahraga. Kolesterol HDL berfungsi memindahkan kolesterol
jahat dari dinding pembuluh darah. Sedangkan kolesterol LDL justru
merusak dan menyumbat pembuluh darah,ujarnya. (EVY)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar